Wamen ESDM: Nuklir Komponen Penting Dekarbonisasi, Indonesia Targetkan Kapasitas 35 GW pada 2060

Jakarta, PR Politik – Pemerintah Indonesia berkomitmen berkontribusi pada upaya penanggulangan perubahan iklim global melalui serangkaian target pengurangan emisi, termasuk pencapaian Net Zero Emission (netralitas karbon) pada tahun 2060 atau lebih awal. Untuk mewujudkan hal tersebut, optimalisasi pemanfaatan energi ramah lingkungan dinilai memegang peran strategis, termasuk energi nuklir.

Wakil Menteri ESDM Yuliot dalam sambutannya di acara The 10th Asia Nuclear Business Platform 2025 di Jakarta, Rabu (10/12), menegaskan peran penting energi nuklir dalam transisi energi global.

“Energi nuklir merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam transisi energi global. Kebutuhan ini mendorong strategi nasional kita, yang secara eksplisit berpusat pada pemanfaatan energi nuklir untuk menyeimbangkan bauran energi dan mencapai target dekarbonisasi,” ujar Wamen Yuliot.

Kementerian ESDM telah mengadopsi sejumlah strategi utama untuk mempercepat transisi energi di sektor ketenagalistrikan, meliputi:

  • Pembakaran bersama biomassa dan peralihan bahan bakar.

  • Peningkatan efisiensi dan moratorium pembangunan PLTU batubara.

  • Pengembangan energi terbarukan, hidrogen hijau, amonia, dan tenaga nuklir.

Wamen Yuliot menambahkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 40/2025 (menggantikan No. 79/2014) secara eksplisit mewajibkan pemanfaatan energi nuklir untuk menyeimbangkan bauran energi.

Di bawah Rencana Umum Energi Nasional (RUKN), pemerintah menetapkan target kapasitas nuklir sebesar 35 GW pada tahun 2060.

Implementasi awal akan dimulai dalam periode perencanaan RUPTL 2025-2034, dengan target penambahan kapasitas nuklir sebesar 0,5 GW (500 MW) sebagai bagian dari bauran energi nasional. Kapasitas ini direncanakan akan dioperasikan mulai tahun 2032 dan 2033.

“Kapasitas ini direncanakan akan dioperasikan mulai tahun 2032 dan 2033, dengan 250 MW dialokasikan untuk sistem tenaga listrik Sumatera dan 250 MW untuk Kalimantan,” tutup Yuliot.

Baca Juga:  Presiden Prabowo Resmikan Pabrik Pemurnian Logam Mulia Untuk Perkuat Hilirisasi

Wamen Yuliot juga mencatat bahwa di Asia Tenggara, energi nuklir kembali muncul sebagai opsi strategis, terutama dengan kemajuan teknologi Reaktor Modular Kecil (SMR). Lima konsumen energi terbesar di kawasan (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) semuanya bergerak menuju penerapan nuklir dan berkolaborasi melalui Jaringan Sub-Sektor Kerja Sama Energi Nuklir (NEC-SSN).

sumber : ESDM RI

Bagikan:

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

Infografis Terbaru